"Iblis menjawab: 'Kerana Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan men-dapati kebanyakan mereka bersyukur (ta'at).'" (Surah Al A'raf ayat 16-17).
Ayat Al-Quran di atas sungguh nyata dalam kehidupan manusia. Iblis selalu berusaha menggoda dan mempengaruhi manusia agar melanggar perintah Allah SWT. Begitu banyak cara yang dilakukannya untuk membuat manusia terpedaya terhadap godaannya. Iblis sepertinya tidak akan pernah putus asa untuk menggoda manusia agar mengikutinya.
Demikianlah diri ini sendiri hampir terpedaya kala hati dan batin terasa kosong dan lemah. Godaan itu dapat hadir dalam hal apa pun termasuk godaan untuk kufur hijab. Astaghfirullah...
Semuanya bermula ketika tanggal 15 Oktober 2010 yang lalu tepatnya di usia 20 tahun, aku mengukuhkan niat untuk bersyahadat (masuk islam). Pasca berikrar, menjalani keseharian dalam dunia baru yakni dunia islam bukan satu hal yang mudah bagiku. Aku harus berusaha beradaptasi secara total, mulai dari hal yang spesifik sampai kompleks.
Belum sukses dalam beradaptasi, aku masih harus belajar untuk memenuhi kewajibanku sebagai muslimah diantaranya belajar mengaji dan berhijab yang sya'ri menurut Al Quran. Mengenakan jilbab memang bukan satu hal yang baru bagiku, sebab sebelum sah jadi muslimah pun aku telah mengenakan jilbab. Kesan pertama yang kurasakan begitu nyaman rasanya dibaluti oleh jilbab. Hal ini terjadi kerana aku juga berkuliah di salah satu universitas Islam di Pekan baru Riau. Jadi, pengalaman itu menjadi titik tolak agar ke depannya bisa istiqamah.
Sebelum mengambil keputusan untuk masuk islam, sejujurnya telah ada niat dalam diri aku bahwa setelah jadi muslimah nanti akan mengenakan jilbab. Aku ingin berusaha mengaplikasikan firman Allah yang bermaksud;
"Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu semuanya kedalam Islam secara kaffah, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaithan. Sesungguhnya dia itu musuh yang nyata bagimu."
(Surah al-Baqarah ayat 208))
(Surah al-Baqarah ayat 208))
Ya, aku ingin semuanya kaffah (lengkap/sempurna). Sejujurnya ini bukan hal yang mudah seperti membalikkan telapak tangan bagiku juga bagi saudariku muslimah lainnya. Nuraniku benar, memang tidak mudah. Godaan demi godaan datang menghampiriku. Mengawali niat dengan berhijab namun ternyata belum sempurna. Jilbab yang kukenakan masih transparent. Hingga satu waktu kakak tetanggaku memberi nasihat padaku.
"Dek, kakak ada saran. Adek khan udah mengenakan jilbab ni, tapi masih transparan dek", ujarnya.
"Trus aku harus gimana kak"?. Tanyaku polos. Aku nggak punya jilbab tebal seperti yang kakak punya", tambahku.
"Kakak ada solusi buat adek. Jilbabnya dilapis dua saja (di double), jadi nggak bakal transparan lagi", kakak itu mencuba menghilangkan rasa cemasku.
Singkat cerita aku pun diajarkan tentang bagaimana cara melapis jilbab. Bismillah!!! Aku memulai untuk memperbaiki hijabku. Berusaha memperbaiki bukan bererti masalah berakhir sampai di situ. Godaan lain masih terus muncul. Pemikiran orang yang mengatakan bahwa orang yang berhijab panjang dan lebar itu merupakan orang yang ilmu agamanya sudah tinggi menjadi satu keresahan bagiku.
Pemikiran orang-orang tentang hal itu membuatku was-was. Bagaimana jika orang lain menanyakanku tentang agama terhadapku dan pertanyaan itu tidak bisa kujawab?. Hal tersebut kini bersemayam dalam pikiranku.
Satu waktu seorang temanku menanyakan hal yang berkaitan dengan agama. Aku tidak tahu alasan dia bertanya, apa kerana memang tidak mengerti atau hanya menguji. Tidak kuketahui dengan pasti. Namun jujur, aku tidak berani menjawab pertanyaannya itu, kerana konteksnya agama dan aku belum fasih dalam bidang itu. Masih terlalu minimum ilmuku dalam bidang tersebut. Alasan lain kerana aku juga masih proses belajar dari nol (kosong).
Satu waktu seorang temanku menanyakan hal yang berkaitan dengan agama. Aku tidak tahu alasan dia bertanya, apa kerana memang tidak mengerti atau hanya menguji. Tidak kuketahui dengan pasti. Namun jujur, aku tidak berani menjawab pertanyaannya itu, kerana konteksnya agama dan aku belum fasih dalam bidang itu. Masih terlalu minimum ilmuku dalam bidang tersebut. Alasan lain kerana aku juga masih proses belajar dari nol (kosong).
Pada saat tu, acapkali Syaitan mulai menggoda nuraniku.
"Untuk apa kamu memakai jilbab panjang tapi ilmu agamamu rendah".Demikian bisikannya.
"Pakai jilbab yang biasa sajalah. Jadi kamu bebas berekspresi, dan kalau pun ilmu agamamu tidak begitu bagus tidak akan jadi bahan ejekan bagi orang lain." Godaan itu ku rasakan semakin kuat.
Aku benar-benar gusar. Tidak tahu harus bagaimana melawan bisikan itu. Haruskah aku kufur Ya Allah?. Ya Allah, hamba benar-benar bingung. Apakah aku harus kufur dari hijabku??. Pertanyaan itu berulang kali kulontarkan. Untuk mengurangi rasa kegundahan itu, ku cuba bertanya kepada kakak seniorku yang ilmunya mungkin telah jauh lebih tinggi dari ilmuku. Kuraih ponselku (handphone), dan jariku menari di atas keypad.
Namun, persoalanku berkenaan salahkah mengenakan jilbab panjang (labuh) sementara agamanya masih rendah tidak dapat menghapuskan kegelisahanku.
"Kerana jilbab itu adalah harga mati bagi seorang muslimah. Dan setiap muslimah wajib mengenakan jilbab".
Itulah balasan yang kudapat dari seniorku. Mendapat jawaban seperti itu bukannya langsung menghapus kegelisahanku. Nuraniku masih saja tidak tenang. Rasanya berkecamuk dalam batinku. Lama aku merenungi diri tentang apa yang sedang kurasakan.
Ya Rabbi, bagaimana caranya aku harus mengubati kegundahan ini. Selang beberapa minit aku termenung, aku teringat Al Quran.
Nurani ku berbisik "Sampai kapan (bila) kamu dirundung kebingungan seperti ini. Dan sampai kapan kamu gelisah hanya memikirkan hal itu. Apa dengan alasan karena belum bisa mengaji jadi satu alasan bagimu untuk kufur dalam berhijab? Tidakkah kamu pernah membaca dalam Al Quran bahawasanya setiap muslimah itu sesungguhnya diwajibkan mengulurkan (melabuhkan) jilbabnya? Lantas, sekarang apa yang kamu resahkan?
Aku tersedar dari lamunanku. Nurani itu benar. Sejauh ini aku belum pernah lagi membaca bahawasanya orang yang dibolehkan untuk mengulurkan (melabuhkan) jilbabnya hanyalah orang yang telah memiliki ilmu yang tinggi. Tidak! bahkan semua muslimah wajib mengulurkannya (melabuhkannya).
Teringat pada firman Allah SWT yang berbunyi;
"Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin, "Hendaklah mereka mengulurkan (melabuhkan) jilbabnya ke seluruh tubuh mereka."
(Surah al-Ahzab ayat 59)
(Surah al-Ahzab ayat 59)
Al Quran di atas membangkitkanku dari keterpurukan (kemunduran)fikirku. Kini aku memiliki prinsip baru. "Berusaha menyempurnakan hijab sambil belajar agama. Biar sedikit namun langsung teraplikasikan" itu lebih baik. Untuk apa aku memiliki ilmu yang tinggi namun tidak pernah diaplikasikan."
Dari pengalaman ini aku belajar untuk menghargai ilmu yang kudapatkan. Ke depannya aku berharap tetap istiqomah di jalan-Nya. Dan kewajibanku sebagai muslimah bisa segera kutunaikan. Kerana ku yakin jikalau ada kemahuan pastinya ada jalan.
Saudariku, tidak mudah untuk istiqamah, namun dengan berbagai upaya yang kita lakukan InsyaAllah semuanya dapat dijalani. Justeru, sekarang tidak ada alasan lagi untuk tidak menggunakan jilbab?. Yakinlah bahawa setiap kesulitan itu pasti akan diriingi dengan kemudahan. Dengan mengharap ridha-Nya, InsyaAllah semunya pasti bisa dijalani.
Allah berfirman yang bermaksud;
"Kerana sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan."
(Surah al-Insyirah ayat 5)
(Surah al-Insyirah ayat 5)
Tiada ulasan:
Catat Ulasan